Adam Bukanlah Manusia Pertama?
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيْمِ
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ
ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ
فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ
قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ (٣٠)
“Ingatlah ketika Rabb mu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku ingin menjadi seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata:
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakannya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” [QS. Al-Baqarah (2):30]
Sahabatku…
Nama: Adam ‘Alaihis Salam.
Usia: 930 tahun.
Periode sejarah: 5.872-4.942 SM.
Renungan kali ini akan fokus pada sosok Nabi Adam yang
diyakini sebagai manusia pertama di muka bumi. Dimana kehadiran Adam di bumi
sebagai hukuman atas pelanggarannya yang telah memakan “buah khuldi”.
Dalam doktrin keagamaan yang sering disampaikan, bahwa Adam dicipta Allah di surga dengan mengambil bahan dasar berupa tanah dari bumi, kemudian dibentuk seperti boneka lalu ditiupkan ruh, kun fayakun, maka jadilah manusia dewasa bernama Adam. Apakah Adam tercipta dari proses penciptaan yang ajaib? Bagaimana bapak Adam adalah manusia pertama yang menjadi nenek moyang semua manusia? Bukankah sebelum Adam tidak ada kehidupan manusia di bumi?
Satu hal yang selalu menjadi “balok” penghalang mata iman
manusia untuk mengkaji ayat-ayat Allah adalah doktrin agama tentang
Kemahakuasaan Allah, yakni Allah itu Maha Kuasa. Jika Dia menghendaki, maka apa
pun dapat terjadi. Cukup Dia mengatakan; kun fayakun , maka jadilah ia. Tidak
ada hal yang mustahil bagi Dia. Jika Dia menghendaki Adam tercipta tanpa
orangtua, cukup dengan mengatakan “Kun Fayakun”, hal itu dapat terjadi. Mari
kita renungkan masalah ini dengan bantuan ayat-ayat Al-Quran, sumber utama
Kebenaran Sejati.
Jika mencermati semua ayat dalam Al-Quran, maka tidak ada
satupun ayat yang menyatakan bahwa Adam adalah manusia pertama dan dilahirkan
tanpa ayah dan ibu. Sebaliknya, ada banyak ayat dalam Al-Quran yang
mengisyaratkan secara kuat bahwa Adam adalah manusia biasa seperti yang
lainnya, yang dilahirkan, tumbuh dan berkembang secara fisik dan spiritual,
hingga menjadi manusia dewasa yang dipilih oleh Allah untuk menjadi pemimpin.
Pertama , mengenai penciptaan Adam dapat dilihat dari beberapa ayat Allah berikut ini:
Al-Quran surat Al-A'raf (7) ayat 10–11:
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي
الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ (10) وَلَقَدْ
خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ
فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ (11
Ayat 10 di atas menegaskan bahwa bumi adalah tempat yang sengaja dicipta untuk menjadi tempat manusia mencari penghidupan. Pada ayat 11 dikatakan, “menciptakan kalian lalu kami bentuk tubuh kalian”. Dia menggunakan kata ganti “ kum ” (kalian; bentuk jamak), bukan “ ka ” (kamu laki-laki seorang), namun para mufassir selalu menerjemahkan dan menafsirkan kata “menciptakan kamu sekalian” dengan “menciptakan kamu (Adam) seorang”.
Dua hal pokok yang dapat dipahami dari firman Allah di atas
adalah, pertama : bahwa pada saat Dia mencipta Adam telah ada banyak manusia
lainnya di bumi ini. Sehingga Adam bukanlah sosok manusia pertama yang ada di
muka bumi. Kedua , apa yang disebut dengan “para malaikat” adalah penamaan dari
manusia-manusia beriman yang siap tunduk pada Adam sebagai pemimpin mereka,
berbeda dengan Iblis dan pengikutnya yang tidak mau tunduk pada kepemimpinan
Adam. Jika para malaikat adalah makhluk gaib, bagaimana caranya Adam memimpin
mereka yang gaib dan bagaimana dia bisa mengetahui siapa di antara mereka yang
patuh dan siapa yang kafir jika tidak terlihat olehnya. Jika Iblis bukanlah
makhluk manusia yang sama seperti Adam, kenapa dia harus cemburu dan marah
padanya; Bahkan berani menentang (kafir) terhadap perintah Allah?
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ
اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah
seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
Dalam doktrin agamis, sosok Nabi Adam dan Isa as. adalah dua
figur yang istimewa dalam hal penciptaannya. Adam diyakini tercipta tanpa ayah
dan ibu, sedangkan Isa tercipta tanpa seorang ayah. Namun dalam ayat ini
ditegaskan bahwa masalah penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam, yaitu
Allah menciptakannya dari tanah ( turab ), kemudian Dia berfirman, “Jadilah,
maka jadilah ia”. Ayat ini juga menegaskan adanya sebuah proses penciptaan
manusia yang terjadi tahap demi tahap yang bermula dari unsur tanah ( turab ).
Kalimat “ kun fayakun ” mengindikasikan secara kuat tentang proses tersebut.
Lalu kenapa Allah menyatakan, bahwa manusia (termasuk Adam
dan Isa) dicipta dari tanah? Dan bagaimana proses yang terjadi dalam penciptaan
manusia? Secara biologis, sperma yang dihasilkan oleh seorang laki-laki berasal
dari saripati makanan yang dikonsumsinya, dan semua makanan yang dikonsumsi
oleh manusia (tumbuhan dan hewan) pada dasarnya berasal dan tumbuh berkembang
dari tanah (turab ) . Itulah mengapa manusia juga dikatakan disiplin dari
tanah. Penegasan ini dapat dilihat dalam surat Al-Kahfi (18) ayat 37 di bawah
ini
قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ
يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ م ِن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ
سَوَّاكَ رَجُلً
Kawannya (yang mu'min) berkata kepadanya — sedang dia
bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu
seorang laki-laki yang sempurna?
وَاللَّهُ خَلَقَكُم مِّن
تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أ َزْوَاجًا ۚ وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنثَىٰ
وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ ۚ و َمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ وَلَا يُنقَصُ مِنْ
عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Dan Allah menciptakan kalian dari tanah kemudian dari air
mani, kemudian Dia menjadikan kalian berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan
tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan
melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak memperpanjang umur
seorang yang berumur panjang dan tidak dikurangi pula umurnya, melainkan (sudah
ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi
Allah itu mudah.
Selanjutnya proses dari penciptaan manusia itu sendiri dapat
dilihat dalam surat Al-Hajj (22) ayat 5:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن
كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَل َقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن
نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن م ُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ
لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُق ِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى
ثُمَّ نُخْرِجُكُ مْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ
وَم ِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ
شَيْئًا ۚ وَتَرَى ال Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan تْ وَأَنبَتَتْ
مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan menetap-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang diperpanjang
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
sebelumnya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan udara di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Proses tahapan tersebut (tahap penciptaan manusia) juga
dijelaskan dalam surat Mu'minun (23) ayat 12–14:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ
مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ ¹². ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ¹³.
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَن شَأْنَاهُ خَلْقًا
آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ¹⁴
¹² Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. ¹³ Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). ¹⁴ Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan diamakhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Mungkin Anda bertanya, jika Adam itu dilahirkan melalui
proses penciptaan tersebut, lalu siapa nama ayah dan ibunya? Siapa manusia
pertama di bumi ini? Tentu saja penulis tidak dapat menjawabnya karena
memerlukan penelitian yang panjang dan nyaris tidak akan ditemukan. Para ahli
sekalipun belum sepakat kapan spesies manusia pertama itu muncul. Ahli
paleontologi dan genetika berpendapat bahwa kemunculan spesies manusia sejak
5–10 juta tahun yang lalu. Ada juga yang berpendapat sekitar 9 juta tahun yang
lalu. Merekalah yang sering disebut dengan manusia purba.
Kedua , mengenai Adam bukan manusia pertama dapat dipahami
dari beberapa ayat Al-Quran berikut ini:
Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَ ةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ
إِنِّي أَعْلَمُ مَ الَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Rabb mu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadi seorang khalifah di muka bumi”. Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakannya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
Banyak kalangan yang menjadikan ayat ini sebagai acuan bahwa
Adam itu adalah manusia pertama di muka bumi, dimana Allah berdialog dengan
para malaikat dan ingin menjadikan Adam sebagai Khalifah di muka bumi. Padahal
dalam ayat ini, Allah menggunakan kata “ja'ilun” (menjadikan) bukan kata
“khaliqun” (menciptakan) yang umumnya digunakan saat berbicara soal penciptaan
biologi manusia. Ayat ini tidak berbicara soal penciptaan biologis Adam sebagai
manusia pertama, tetapi soal “menjadikan Adam sebagai Khalifah (pemimpin;
penguasa) di muka bumi”. Jika kata “menciptakan” berarti mengadakan sesuatu
dari tidak ada kepada ada, maka kata “menjadikan” adalah memilih sesuatu yang
sudah ada kemudian dijadikan atau difungsikan menjadi seorang khalifah (dalam
kasus Adam), bukan sebagai manusia pertama. Jadi, ayat ini menegaskan posisi
Adam sebagai seorang Khalifah (pemimpin) bukan sebagai manusia atau laki-laki
pertama di muka bumi, sehingga yang dimaksud dengan kata “pasangan” (zawj) Adam
dalam kisah ini bukanlah Hawa yang difigurkan sebagai isteri Adam. Yang
dimaksud dengan “pasangan” dalam kisah ini adalah ummat yang menjadi pasangan
Adam sebagai pemimpin mereka. Pasangan dari seorang pemimpin adalah ummat,
bukan isteri. Munculnya cerita tentang hawa diserap dari cerita Israelyat dan
kisah dalam Alkitab Perjanjian Lama, bukan dari Al-Quran. Al-Quran justru ingin
memutarbalikkan cerita Adam tersebut.
Kemudian kalimat, “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakannya dan menumpahkan
darah”, tidak dimaksudkan oleh malaikat sebagai ramalan mereka akan manusia di
masa datang, tetapi kondisi sosial politik yang telah dan sedang terjadi di
zaman Adam saat dipilih menjadi Rasul Allah. Dengan kata lain, dipilihnya dan
dijadikannya Adam sebagai Khalifah adalah dalam rangka mencegah terjadinya
kerusakan di muka bumi dan menjaga ketenangan umat manusia di zamannya. Karena
Adam itu adalah manusia pilihan dari sekian banyak manusia (malaikat) yang ada,
maka menimbulkan protes dan kedengkian manusia lainnya. Hal ini terjadi karena
mereka merasa lebih pantas dipilih sebagai pemimpin dan lebih alim dibandingkan
Adam.
Perlu dicatat, bahwa Iblis — yang pada akhirnya tidak
bersedia sujud (patuh) pada kepemimpinan Adam, berasal dari komunitas
“malaikat”, karena perintah sujud kepada Adam hanya ditujukan kepada “para
malaikat”, bukan komunitas lainnya. Jika Iblis bukanlah bagian dari “para
malaikat”, maka tidak ada kewajibannya untuk sujud kepada Adam dan Allah tidak
perlu memasukkannya ke dalam kelompok orang-orang yang kafir.
Perhatikan surat Al-Baqarah (2) ayat 34:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ
اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِ يسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Iblis adalah orang kafir atau manusia yang menolak misi
khilafah yang diamanatkan kepada Adam as. sebagai pemimpin. Siapapun yang
menolak ide atau misi Khilafah berarti dia adalah orang kafir seperti Iblis.
Sekali lagi, jika para malaikat dan Iblis itu bukanlah manusia seperti Adam,
kenapa mereka harus protes kepada Allah? Kenapa mereka harus iri dan marah
kepada Adam? Mengapa mereka memiliki rasa enggan dan sombong? Ini semua adalah
sifat atau karakter buruk dari manusia, bukan karakter dari makhluk halus (gaib).
Selanjutnya juga dikisahkan bahwa Allah mengajarkan
isme-isme (wahyu)-Nya kepada Adam dan kemudian disampaikan (didakwahkan) kepada
para malaikat. Jika Adam adalah manusia pertama, lalu kepada siapa dia
berdakwah? Jika para malaikat itu adalah makhluk gaib, bagaimana caranya Adam
berdakwah (berbicara) kepada mereka dan apa gunanya bagi para malaikat yang
sudah dijamin masuk dan tinggal di surga?
Adam dipilih dari sekian banyak manusia dan dijadikan
seorang khalifah tentu saja dalam rangka menata dan menjaga kehidupan umat
manusia pada zamannya agar tercipta kehidupan jannah di muka bumi. Dengan kata
lain, Adam adalah manusia pilihan sebagaimana Nabi dan Rasul Allah yang lainnya
untuk bangsa dan zamannya masing-masing. Jika Adam adalah manusia pilihan
berarti dia bukanlah satu-satunya manusia yang ada pada saat itu. Jika Adam
manusia pertama dan satu-satunya manusia saat itu, maka Allah tidak perlu memilih.
Adam bukanlah manusia pertama yang ada di bumi ini. Adam dipilih di antara
beberapa manusia yang juga berhak untuk dipilih, sehingga wajar jika mereka
yang tidak terpilih merasa iri dan marah kepada Adam. Penegasan Adam sebagai
manusia pilihan dan bukan manusia pertama terdapat dalam surat Ali-'Imran (3)
ayat 33 berikut ini:
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ
آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَان َ عَلَى الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala ummat (di masa mereka masing-masing).
Al-Quran surat Al-Hijr (15) ayat 28–31:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ
اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ (٢٨)
28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,
فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ
فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ (٢٩)
29. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan
telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud.
فَسَجَدَ الْمَلٰۤىِٕكَةُ
كُلُّهُمْ اَجْمَعُوْنَۙ (٣٠)
30. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya
bersama-sama,
اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰىٓ
اَنْ يَّكُوْنَ مَعَ السّٰجِدِيْنَ (٣١)
31. kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat)
yang sujud itu.
Sahabatku…
Apa yang dikisahkan dalam surat Al-Baqarah sebelumnya senada
dengan kisah pada ayat di atas. Hanya saja, dalam ayat di atas, Allah
menggunakan kata “khaliqun” (menciptakan) seorang manusia ( basyar ) dari tanah
liat yang kering. Jadi ayat ini bicara soal penciptaan manusia pada umumnya,
termasuk Adam di dalamnya, bukan bicara soal Adam menjadi seorang khalifah.
Namun demikian, proses penciptaan manusia (Adam) secara biologis dari tanah hingga dia lahir ke dunia (biasa disebut kelahiran pertama), tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa — yaitu manusia yang sudah dapat memaksimalkan sarana pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran, harus dilanjutkan ke tahap kelahiran manusia secara ruh (biasa disebut kelahiran kedua), yaitu kelahiran secara spiritual sebagai “hamba yang beriman”, sehingga ia mampu untuk sujud (tunduk patuh) kepada perintah Allah melalui utusan-Nya atau melalui Khalifah-Nya.
Hal ini pula yang terjadi pada
umat manusia di zaman Adam. Ketika Adam telah sampai pada kesempurnaan dirinya
sebagai manusia dewasa, Allah mengajarkan (meniupkan) ruh (wahyu)-Nya kepada
Adam hingga ia pun menjadi manusia sempurna secara spiritual. Selanjutnya Adam
pun ditugaskan Allah untuk menyampaikan “ruh Allah” (firman-firman Allah) yang
suci ke dalam kesadaran qalbu ummat manusia lainnya, maka jadilah mereka
manusia-manusia (hamba-hamba Allah) yang patuh. Inilah yang dimaksud pada ayat
29 dari surat Al-Hijr (15). Sedangkan Iblis adalah tokoh pemimpin dari kelompok
manusia yang menentang misi risalah Allah di bawah pimpinan Adam as.
Kesimpulannya, Adam bukanlah manusia pertama di muka bumi
ini dan Adam adalah manusia biasa seperti kita yang dilahirkan melalui proses
penciptaan manusia yang sudah pasti sifatnya.
Adam kemudian tumbuh berkembang
menjadi laki-laki dewasa di tengah masyarakatnya dan selanjutnya dipilih oleh
Allah untuk menyampaikan risalah-Nya hingga akhirnya menjadi “Khalifah fil
ardh”, pemimpin dan penguasa di muka bumi pada zamannya.
Jadi, Adam hidup pada
zaman di mana umat manusia sudah mengenal peradaban.
Kiranya tafakkur (Renungan) ini dapat mencerahkan pemahaman
spiritual kita semua. Semoga!
Editor: Lisandipo
Sumber: https://www.laduni.id/alquran/ayat/2/30?
https://medium.com/@setia.haq
Komentar
Posting Komentar