PENUHILAH SERUAN ALLAH DAN ROSULLNYA
DAKWAH ISLAM
PENUHILAH SERUAN ALLAH DAN RASULNYA
Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman bagi manusia. Dia menurunkannya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar disampaikan dan dijelaskan kepada manusia sebagai peringatan bagi mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz Dzariyat: 55)
Syaikh Abdurrahman As Si’di rahimahullah, salah seorang ulama ahli tafsir, berkata mengenai ayat ini,
“Adapun mereka yang tidak memiliki iman dan tidak pula memiliki kesiapan untuk menerima peringatan, maka tidak bermanfaat peringatan tersebut. Seperti tanah tandus yang tidak bermanfaat sama sekali air hujan baginya. Dan golongan manusia yang seperti ini, walaupun datang seluruh tanda-tanda (kebesaran Allah), mereka tidak akan beriman sampai akhirnya melihat azab yang pedih.”
Ketika datang peringatan kepada seorang yang beriman, maka mereka tidak menyia-nyiakannya. Mereka akan bersyukur ketika diberi peringatan. Lain halnya dengan orang-orang kafir, mereka justru membangkang. Tanda-tanda kebesaran Allah yang datang kepeda mereka, justru mereka mengingkarinya dan berpaling darinya. Ketika utusan Allah membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, justru mereka mencelanya. Bahkan, mencelakakannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman mengenai pengingkaran mereka,
فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ O إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ O
“Ini (Al Qur’an) tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (orang-orang terdahulu). Ini tidak lain adalah perkataan manusia.” (QS. Al Muddatstsir 24-25)
Dalam ayat lain, Allah berfirman,
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُرِيدُ أَن يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاء اللَّهُ لَأَنزَلَ مَلَائِكَةً مَّا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ O إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّى حِينٍ O
“Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaum Nuh berkata, ‘Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian yang hendak menjadi seorang yang lebih tinggidaripada kalian. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa malaikat (untuk memberi peringatan). Belum pernah kami mendenar (seruan seperti) ini pada masa nenek moyang kami dahulu. Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila’. ” (QS.Al Mu’minun: 24-25)
Dalam ayat lain,
إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِباً وَمَا نَحْنُ لَهُ بِمُؤْمِنِينَ
“Ia (Nabi tersebut) tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya.” (QS. Al Mu’minun: 38)
Juga,
إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ
“Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, ‘Itu adalah dongeng orang-orang terdahulu’.” (QS. Al Muthaffifin: 13)
Dalam ayat lain,
وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءنَا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنفُسِهِمْ وَعَتَوْ عُتُوّاً كَبِيراً
“Berkatalah orang-orang yang tidak mengharap pertemuan dengan Kami, ‘Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Rabb kita?’” (QS. Al Furqan: 21)
Padahal Allah ‘azza wa jalla telah menurunkan ayat-ayatNya kepada para Nabi dan RasulNya yang kemudian dibacakan kepada manusia. Tidakkah itu cukup bagi mereka? Begitu pula, dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kebesaran Allah.
Lalu, mengapa kebanyakan manusia kafir—yang mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan para Nabi dan RasulNya? Ada apa dengan hati mereka hingga berani menolak kebenaran yang datang dari Allah? Apakah hati mereka lebih keras dari sebuah gunung sehingga ayat-ayatNya tidak berpengaruh bagi mereka, bahkan mereka menolaknya?
Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعاً مُّتَصَدِّعاً مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk, terpecah-belah, disebabkan takut kepada Allah.” (QS. Al Hasyr: 21)
Sebabnya adalah karena mereka berpaling. Ketika datang kepada mereka peringatan atau keimanan dan mereka mengenalinya, justru mereka berpaling. Mereka membalikkan hati dan penglihatannya, sehingga antara mereka dan peringatan atau keimanan tersebut terdapat batas yang tidak dapat ditembus. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan RasulNya apabila Rasul menyeru kalian kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah membatasi antara manusia dan hatinya.” (QS. Al Anfal: 24)
Berkata Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengenai ayat ini,
“Allah menyeru mereka untuk menerimaNya dan menerima RasulNya, ketika Dia menyeru mereka kepada sesuatu yang memberi kehidupan bagi mereka. Lalu Dia mengingatkan mereka, agar tidak berpaling dari seruan itu setelah mereka menerimanya, karena itu bisa menjadi sebab adanya pembatas antara diri dan hati mereka.”
Sehingga, manusia yang seperti ini, jasadnya hidup tetapi hatinya mati. Peringatan apapun yang datang kepadanya tidak bermanfaat baginya.
Oleh karena itu, hendaknya seorang manusia menerima peringatan di awal kali datangnya, jika peringatan tersebut bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah. Jangan ia menunda-nuda, karena siapa saja yang berpaling, maka Allah akan memalingkan hatinya. Allah akan membalas seorang hamba sesuai dengan amalannya.
Dan hendaknya seseorang dipenuhi hatinya dengan rasa takut kepada Allah, rasa takut bahwa dirinya akan menemui hari kiamat, rasa takut bahwa Allah maha kuasa, maha perkasa untuk membalas kejelekan yang ia perbuat. Sebab rasa takut yang ada pada hati seseorang merupakan sebab untuk mudah menerima peringatan.
Allah subhanahu wa ta’alaberfirman,
طه O مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى O إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَى O
“Thaha. Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar engkau menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (khusyu’).” (QS. Thaha: 1-3)
Dalam ayat lain,
إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَن بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ
“Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut (khusyu’) kepada Ar Rahman, walaupun ia tidak melihatNya” (QS. Yasin: 11)
Dalam ayat lain,
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَى O سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَى O
“Maka, berilah peringatan. karena peringatan itu bermanfaat. Orang-orang yang takut (khusyu’) akan mendapat pelajaran. Orang-orang yang celaka akan menjauhinya.” (QS. Al A’la: 9-11)
Semoga Allah menjadikan dalam hati kita kekhusyukan dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang memenuhi seruan Allah dan RasulNya.
Komentar
Posting Komentar