Jiwa seorang pemimpin
Pernahkan anda merasa tidak puas dengan cara memimpin bos anda?sudah pantaskah ia menjadi pemimpin? Pernahkah pemimpin anda melakukan sesuatu yang membuat anda sakit hati?.
Terkadang kita (saya) mengalami hal tersebut, memang menjadi pemimpin itu tidak mudah dan seorang pemimpin tidak bisa memuaskan semua anak buahnya. Tetapi salah satu cirri pemimpin yang baik adalah pemimpin yang disukai anak buahnya baik sebagai profesional ataupun sebagai pribadi.
Berawal dari ketidakpuasan inilah saya menulis ini, tidak bermaksud menyindir seseorang namun kritik dari bawahan penting untuk memperbaiki diri. Maka dari itu kita perlu banyak belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik minimal pemimpin yang disukai bawahanya. Rosulullah SAW adalah sosok pemimpin yang luar biasa yang tidak akan satupun orang akan menyamai rekornya. Seorang pemimpin yang begitu sederhana, amanah dan mampu membuat bawahanya menjadi orang yang paling bangga bersama dengan Beliau. Teori-teori memahami orang lain secar psikologi atau apalah yang baru di temukan abad 18-19 M. Ternyata jauh sebelum itu sudah di terapkan oleh sosok Rosulullah SAW.
Cara-cara Rosulullah memimpin benar-benar memperhatikan kesejahteraan bawahanya. Kondisi psikis bawahannya begitu di perhatikan. Bagaiaman beliau bisa seperti itu. Jelas secara psikologi beliau jauh lebih memahami dirinya, jauh lebih hebat secara batiniah. Dengan kerendahan hati dan kesederhaannya sebagai seorang pemimpin Rosulullah dapat menjadikan seluruh dunia ini mengenal agam islam dan peradaban luhur yang baik. Atau dengan istilah dari jahiliyah menuju cahaya.
Apa saja contoh Rosulullah menerapkan Psikologi dalam kepemimpinanya? Bisa di terapkan jika kita ingin meniru cara memimpin rosulullah.
I. Rosulullah Tidak segan-segan memuji bawahannya.
Rasulullah pernah mengatakan kepada Umar, “saya belum pernah melihat kecerdasan seseorang yang menyamai Umar. Seluruh kaum muslimin dapat memanfaatkan (kecerdasan) nya. Demikian Rasulullah saw berkata pada sahabatnya. Begitu pula Rasulullah saw. mengatakan “segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan dalam golongan kita seorang seperti anda …, demikian dikatakan kepada Abu Hudzaifah yang senang berbuat baik dan melebihi sahabat lain.
II. Rosulullah Memberi kritikan dengan sangat halus
Kisah yang diceritakan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw. suatu ketika mendengar Abu Bakar mengutuk dan mencaci hamba sahayanya. Maka Rasulullah saw datang mengunjungi Abu Bakar dan seraya berkata “wahai As-Shiddiq (orang benar)”. Ya (jawab Abu Bakar) ada apa ya Rasulullah ? Tidak ada apa-apa, saya Cuma ingin bertanya, apakah orang shiddiq (benar) itu juga senang mengutuk atau mencaci ? Jawab Rasulullah seperti tidak serius.
Abu Bakar terdiam, ia sadar bahwa Rasulullah saw tidak setuju dengan sikapnya dalam menghadapi hamba sahaya, walaupun tidak secara langsung mengatakannya. Kemudian bertanya “ apakah saya tidak boleh memarahi mereka atas kesalahannya ya Rasulullah ? Tidaklah sekali-kali boleh berbuat demikian, sungguh demi Allah yang mempunyai Ka’bah, tidak sekali-kali diperkenankan berbuat demikian” ujar Rasulullah saw.
Maka sebagai akibat kritik Rasulullah saw yang mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang satu-satunya yang paling benar, tetapi telah ternoda dengan sikapnya terhadap hamba sahaya. Maka pada hari itu juga Abu Bakar memerdekakan budak yang dimarahinya itu. Hari itu juga Abu Bakar datang pada Rasulullah saw seraya berkata “tidak akan saya ulangi lagi perbuatan yang demikian itu, ya Rasulullah”. Sebaliknya untuk menyenangkan dan menentramkan hati Abu Bakar, Rasulullah saw berkata “ Maafkan saya yang telah mengingatkan kamu wahai Abu Bakar. Itu saya lakukan karena demi kebaikanmu juga. Sebab sesungguhnya para pengutuk itu tidak akan memperoleh syafaat dan syahid pada hari kiamat”.
III. Rosulullah Sederhana dan Mengayomi Masyarakat
Tidak bisa digambarkan betapa sederhanaya Rosulullah. Dalam suatu riawayat Rosul pernah menyuapi orang kafir Quraish yang buta. setiap hari Rosulullah dicaci dan dimaki. Namun setiap itu pula Rosul tetap menyuapinya dengan lembut dengan pelan. Setiap hari Rosul selalu menyempatkan untuk menyuapi dan memberinya uang. Sampai singkat cerita Rosul wafat, kemudian kebiasaan itu diteruskan oleh Abu Bakar atas pemberitahuan Istri Rosul. Saat disuapi abu bakar si kafir ini juga masih menghina dan mencaci maki Rosul. Pada suapan pertama Abu bakar pun sudah merasa jengkel namun tetap disuapi tetapi si kafir ini makin menjadi-jadi mencaci hingga Abu Bakar merasa jengkel dan si pengemis itupun berkata “Kau bukan orang yang biasa menyuapi aku, dimana orang biasa menyuapi aku?” abu bakar menjawab “beliau sudah wafat, orang yang kau caci, kau maki itu orang yang setiap hari menyuapi kamu dengan lemah lembut dan penuh kesabaran”. Seketika itu si kafir menangis dan bertobat dan kemudian masuk Islam.
Dan pastinya ada banyak contoh yang Rosul berikan karena keterbatasan saya, hanya 3 contoh itu tadi bagaimana luar biasanya Rosul kita.
Semoga kita bisa mencontoh keteladanan dari Rosulullah SAW dan menjadi pemimpin yang diteledani anak buahnya. Aamiin..
Komentar
Posting Komentar